NGUPAS - Properti di kawasan potensial dan menguntungkan pasti jadi rebutan. Harga hunian pun begitu perkasa dan sulit ditawar.
‘Hari Senin harga naik’ adalah slogan yang dipopulerkan salah satu pengembang properti nasional. Sudah pasti, slogan tersebut hiperbolik, namun kenaikan harga properti harus diakui memang sangat pesat. Terlambat sedikit, Anda harus gigit jari.
Buat "pancingan" untuk first time buyer Bagi konsumen yang masuk kategori first time buyer alias pembeli properti pertama kali, perubahan harga bisa jadi menyesakkan. Pasalnya, mereka mungkin tengah mempersiapkan bujet, tetapi nilainya berubah saat mereka kembali tiga atau empat bulan kemudian.
“Sewaktu berkunjung ke salah satu perumahan di Depok sebelum bulan puasa, harga rumah minimalis yang saya idamkan masih dibandrol Rp300 Jutaan,” terang Rahayu Iswanto, ibu rumah tangga yang sedang mencari rumah baru.
“Tapi setelah balik lagi pada akhir November kemarin ternyata harganya sudah melonjak jadi Rp330 Juta. Alasan pengembang, karena sisa unit tinggal sedikit,” ia menambahkan.
“Umumnya, pengembang melakukan perubahan harga di awal dan pertengahan tahun. Namun kadang perubahan nilai jual juga bersifat situasional. Jika pasar sedang oke, developer tak segan menaikkan harga. Tetapi jika sedang lesu, developer tidak melakukan itu,” jelas Stephanie.
Faktor lain yang menyebabkan pengembang harus menyesuaikan harga adalah perubahan nominal PBB berikut NJOP.
“Bila harga tanah berubah, harga jual juga pasti berubah. Kenapa naik di awal tahun? Ini biasanya karena dasar pengenaan PBB sudah terbit di Februari,” terang Stephanie.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta bahan baku bangunan juga mempengaruhi strategi developer.
“Itu seperti alur otomatis. Setiap ada koreksi harga BBM atau material bangunan, ya mau tidak mau harga jual properti ikut naik. Mengingat keduanya masuk perencanaan biaya produksi,” imbuh Stephanie.
Menurut Wasudewan, Country Manager Rumah.com, kenaikan harga properti di Indonesia umumnya disebabkan kenaikan harga bangunan dan upah pekerja.
“Sepanjang kuartal tiga tahun 2016, properti di Surabaya mengalami peningkatan harga tertinggi. Sementara perumahan di Denpasar, Palembang dan Pontianak mengalami penurunan,” ujar Wasudewan, Country Manager Rumah.com.
Ia mengacu pada data Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia.
“Jika stok tinggal sedikit, dan permintaan banyak, biasanya pengembang menaikkan harga, dan tidak memberi diskon sama sekali. Ini bisa jadi kesempatan bagi developer untuk mengatakan kepada konsumen potensial ‘take it or leave it’,” ujar Stephanie.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh pencari properti untuk mendapatkan harga terbaik? Ia menyarankan agar Anda mencari properti yang baru melalukan peluncuran atau masih dalam tahap pembangunan.
“Selain harganya jauh lebih rendah, pengembang biasanya juga kerap mengiming-imingi diskon saat peluncuran. Kelemahannya, konsumen tidak bisa mengetahui dengan pasti hasil jadi dari properti tersebut. Kedua, ada kekhawatiran kemunduran jadwal pembangunan,” ucapnya.
Jurus lain untuk mendapatkan harga terbaik adalah mengenal fasilitas di sekitar dan membandingkan sejumlah proyek perumahan di lokasi yang sama, seperti harga, jarak tempuh ke akses transportasi publik, sekolah dan lainnya.
‘Hari Senin harga naik’ adalah slogan yang dipopulerkan salah satu pengembang properti nasional. Sudah pasti, slogan tersebut hiperbolik, namun kenaikan harga properti harus diakui memang sangat pesat. Terlambat sedikit, Anda harus gigit jari.
Buat "pancingan" untuk first time buyer Bagi konsumen yang masuk kategori first time buyer alias pembeli properti pertama kali, perubahan harga bisa jadi menyesakkan. Pasalnya, mereka mungkin tengah mempersiapkan bujet, tetapi nilainya berubah saat mereka kembali tiga atau empat bulan kemudian.
“Sewaktu berkunjung ke salah satu perumahan di Depok sebelum bulan puasa, harga rumah minimalis yang saya idamkan masih dibandrol Rp300 Jutaan,” terang Rahayu Iswanto, ibu rumah tangga yang sedang mencari rumah baru.
“Tapi setelah balik lagi pada akhir November kemarin ternyata harganya sudah melonjak jadi Rp330 Juta. Alasan pengembang, karena sisa unit tinggal sedikit,” ia menambahkan.
Tergantung pasar
Mencermati kondisi seperti ini, Sales Manager Kebagusan Terrace, Stephanie Cassandra, menyebut sejumlah faktor yang mendorong pengembang melakukan koreksi harga secara cepat.“Umumnya, pengembang melakukan perubahan harga di awal dan pertengahan tahun. Namun kadang perubahan nilai jual juga bersifat situasional. Jika pasar sedang oke, developer tak segan menaikkan harga. Tetapi jika sedang lesu, developer tidak melakukan itu,” jelas Stephanie.
Akibat perubahan PBB dan NJOP
Faktor lain yang menyebabkan pengembang harus menyesuaikan harga adalah perubahan nominal PBB berikut NJOP.“Bila harga tanah berubah, harga jual juga pasti berubah. Kenapa naik di awal tahun? Ini biasanya karena dasar pengenaan PBB sudah terbit di Februari,” terang Stephanie.
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) serta bahan baku bangunan juga mempengaruhi strategi developer.
“Itu seperti alur otomatis. Setiap ada koreksi harga BBM atau material bangunan, ya mau tidak mau harga jual properti ikut naik. Mengingat keduanya masuk perencanaan biaya produksi,” imbuh Stephanie.
Menurut Wasudewan, Country Manager Rumah.com, kenaikan harga properti di Indonesia umumnya disebabkan kenaikan harga bangunan dan upah pekerja.
“Sepanjang kuartal tiga tahun 2016, properti di Surabaya mengalami peningkatan harga tertinggi. Sementara perumahan di Denpasar, Palembang dan Pontianak mengalami penurunan,” ujar Wasudewan, Country Manager Rumah.com.
Ia mengacu pada data Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia.
Strategi Developer
Pada kondisi tertentu, developer bisa saja terkesan tidak memberi pilihan banyak kepada Anda. Meski demikian, secara umum developer melakukan tiga kali koreksi harga dalam satu tahun dengan persentase antara 5-7 persen.“Jika stok tinggal sedikit, dan permintaan banyak, biasanya pengembang menaikkan harga, dan tidak memberi diskon sama sekali. Ini bisa jadi kesempatan bagi developer untuk mengatakan kepada konsumen potensial ‘take it or leave it’,” ujar Stephanie.
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh pencari properti untuk mendapatkan harga terbaik? Ia menyarankan agar Anda mencari properti yang baru melalukan peluncuran atau masih dalam tahap pembangunan.
“Selain harganya jauh lebih rendah, pengembang biasanya juga kerap mengiming-imingi diskon saat peluncuran. Kelemahannya, konsumen tidak bisa mengetahui dengan pasti hasil jadi dari properti tersebut. Kedua, ada kekhawatiran kemunduran jadwal pembangunan,” ucapnya.
Jurus lain untuk mendapatkan harga terbaik adalah mengenal fasilitas di sekitar dan membandingkan sejumlah proyek perumahan di lokasi yang sama, seperti harga, jarak tempuh ke akses transportasi publik, sekolah dan lainnya.
sumber: rumah.com